![]() |
FOTOGRAFER pada saat dudu |
Kami mahasiswa bukan hewan yang usir setiap lingang tidak nyaman bagi mahasiswa selalu itimidasi teradap mahasiswa papua maka dengan itu pemerintah papua segerah tarik kembali yang ada di setiap kota study masing masing karna mahasiswa adalah perubahan dan persiapan bangsa dan negara untuk pembahwa revolusi dan haset pemimpin suatu saat nanti dalam hal intelektual .kami mahasiswa papua bukan monyet aktual ,realitas moyan orang jawa bahkan negara ini kan manusia perta itukan monyet jangan tudu sembarang papua tidak ada hewan seperti monyet . Orang Papua monyet. Stygma ini diberikan Negara Republik Indonesia (NKRI) kepada Orang Asli Papua (OAP). Benarkah OAP monyet? Stygma ini dapat dijawab dengan menelusuri historisitas manusia dari fisik dan spiritualitas Alkitabiah.
Pertama, historisitas manusia dari fisik. Berkenaan dengan fisik. Dari konteks fisik, dalam ilmu sejarah bangsa Indonesia, tidak menuliskan secara gamblang bahwa manusia Papua berasal dari monyet (kera). Teori evolusi menjelaskan bahwa manusia berasal dari kera, namun teori ini pun dimuntahkan oleh para arkeolog dan dokter yang menemukan fosil manusia jenis demikian adalah suatu kelainan, yakni karena terkena penyakit tertentu yang membentuk fisik manusia seperti kera. Juga secara Alkitabiah bahwa tidak mungkin jenis kera mendapat Roh Allah. Roh Allah diterima oleh manusia bukan binatang (kera), di mana manusia ada yang termulia. Artinya, manusia berasal dari kera dalam pelajaran sejarah bangsa Indonesia tidak memberikan dasar yang valid, karena manusia tidak sama dengan kera dan bukan kera.
kami orang papua adalah manusia sejati dan ciptahan Tuhan bahkan pun dibawah kolom langit ini yang mampu kendalikan adalah manusia punya raional dan akar budi yang sehat tapi negara ini tidak punya aturan dan nilai nilai agama tidak tahu kaa meman ada tapi kebenaran balik kebohongan maka dengan itu kami ingati bahwa warga yang setembapat dalam hal ini ,Negara ini berdasarkan kontitusi dan undang undang yang memngatur tapi realitasnya tidak hadil dan makmur sesuai dengan pancasIa .
negara ini punya landasan hukum tapi undang sudah mengatur namun aturan tidak sesuai dengan hak hasasi manusia dan pandai berbisara di publik bahkan negara negara luar menilai bahwa indonesia punya landasan hukum lealitasnya kebenaran dibalik kebohongan
Persoalan diskriminasi rasial terhadap mahasiswa Papua di kota Malang dan Surabaya berupa Sikap represif yang dilakukan instasi Aparat TNI/POLRI & ORMAS REAKSIONER terhadap Aliansi mahasiswa papua (AMP) dalam aksi demostrasi damai di depan BANK BCA, Jln Bbasuki Racham Kamis,15/08/2019) kota dan penggepungan asrama mahaiswa Papua Surabaya pada tanggal 16 agustus 2019 hingga 17 agustus 2019 selama kuarang lebih 24 jam dengan adanya perestiwa di atas mahasiswa Papua di Malang yang tergabung dalam masa aksi demostrasi damai mengalami korban luka berat sebanyak 19 orang & 4 orang luka ringgan hingga harus dirawat dirumah sakit sementara asrama mahasiswa Papua di Surabaya.”
Sementara itu, wali kota Malang angkat suara menggeluarkan wacana untuk pemulangan mahasiswa Papua di Malang khusus untuk tergabung dalam aksi demostrasi damai sesuai yang lansir oleh media lokal malang times. Jumat,16 Agustus 2019, 15.30 Sore, Ormas reaksioner, TNI, Polisi dan Pol PP mengepung Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya yang berujung pada penangkapan 42 Mahasiswa Papua secara brutal oleh aparat gabungan dan Ormas reasioner, sabtu (17/08/19). Akibatnya 4 orang luka-luka dan ditahan di mapolresta Surbaya.
Surat perngatan sikap
Dengan melihat realitas penindasan, diskriminasi rasialis dan pembungkaman ruang demokrasi terhadap mahasiswa Papua, Solidaritas Ikatan Mahasiswa Papua Sejawa dan Bali mengecam dan menyatakan sikap sebagai berikut :
1.Mengecam keras tindakkan represif yang dilakukan pihak kepolisian terhadap domostran.
2. Menggangap kepolisian malang dan Surabaya gagal dalam melakasanakan aturan yang telah ditetapkan, yakni peraturan kapolri No.16 tahun 2006.
3. Menuntut kepolisian daerah malang dan Surabaya betanggung jawab penuh atas keamanan dan kenyamanan kondisi pisikis para korban.
4. Menuntut kapolda jawa timur untuk meminta maaf kepada mahasiswa papua yang telah mengalami korban luka berat.
5. Wali kota malang segera cabut & meminta maaf atas pernyataan sikap berupa wacana untuk pemulanggan mahasiswa papua kota study malang.
6. Bebaskan 42 Mahasiswa Papua di Polrestabes Surabaya.
7. Mengutuk pelaku pengepungan asrama Papua Surabaya.
8. Tangkap dan Adili pelaku pengepungan asrama Papua Surabaya.
9. POLRI Surabaya dan Pemerintah Daerah Surabaya bertanggungjawab atas Pembiaraan terhadap kelompok reaksioner (TNI, Pol PP dan Ormas) yang dengan sewenang-wenang mengepung Asrama Papua.
10. Hentikan rasisme, manusia Papua bukan Monyet.
11. Tangkap dan Adili pelaku pembrangusan ruang demokrasi di Surabaya, yang mengakibatkan 5 orang terluka berat dan belasan lainnya luka-luka ringan.
12. Usir Mahasiswa Papua dari Luar Papua, sama halnya Usir Indonesia dari Papua
13. Mahasiswa Papua akan pulang dari Tanah kolonial jika, dan hanya jika, Papua diberikan Hak Penentuan Nasib Sendiri
14. Untuk mengakiri Rasisme, yang adalah anak kandung dari imperialisme yang mengkoloni West Papua, segerah lakukan referendum di tanah West Papua untuk menentukan nasibnya sendiri oleh Rakyat Papua.
Demikian pernyataan sikap ini bua, atas perhatian dan dukungan seluruh pihak yang peduli terhadap HAM dan Demokrasi bagi mahasiswa Papua, kami ucapkan terima kasih.
EDITOR :MAIPAIWIYAI DEGEI
ADMIN: KABAR MAJALAH WEDAUMA NEWS.
SELAMAT KOMENTAR